pengunjung

Jumat, 19 Agustus 2011

kebanyakan orang berpura-pura cek ponsel

Orang Suka Pura-Pura Cek Ponsel
Jakub Krechowicz
Sebanyak 13 persen pengguna ponsel sering berpura-pura memeriksa ponsel saat sedang tidak ingin diganggu atau menghindari interaksi dengan orang lain. Demikian laporan yang diterbitkan oleh lembaga riset Pew Internet yang melakukan survei terkait perilaku penggunaan ponsel pada kalangan dewasa di Amerika Serikat.

Dari 2.277 orang dewasa yang menjadi responden, 13 persen di antaranya mengaku pernah berpura-pura mengecek ponsel atau sedang menelepon. Pada responden yang berasal dari kalangan lebih muda, yaitu kisaran usia 18 hingga 29 tahun, persentasenya malah lebih besar lagi. Sekitar 30 persen responden mengaku menghindari kontak dengan seseorang dengan langsung mengecek ponsel mereka.

Muncul juga dalam hasil survei, sekitar 42 persen responden mengaku bermasalah dalam mengerjakan sebuah pekerjaan jika berada jauh dari ponsel. "Lebih dari setengah responden (51 persen) pernah menggunakan ponsel mereka sedikitnya sekali untuk mencari infromasi yang mereka butuhkan dengan cepat," ungkap hasil penelitian.

Sekitar seperempat (27 persen) mengatakan mereka pernah berhadapan dengan situasi di mana mereka kesulitan melakukan sesuatu karena ponsel mereka sedang tidak di tangan. Sedikitnya 35 persen orang dewasa kini punya smartphone. Temuan lainnya, hanya 29 persen responden mengatakan mereka pernah mematikan ponsel agar bisa istirahat.

katak bertaring ditemukan di sulawesi

Katak Bertaring Ditemukan di Sulawesi
Rafe M. Brown
Ben Evans, pakar hewan dari McMaster University di Hamilton dan ilmuwan Indonesia menemukan 13 spesies katak bertaring di Sulawesi--sembilan di antaranya belum pernah ditemukan sebelumnya. Penemuan ini dilaporkan dalam jurnal The American Naturalist bulan ini.

Katak bertaring termasuk dalam genus Limnocetes, disebut bertaring karena memiliki tonjolan tulang di rahang bawah. Taring yang dimaksud bukan berarti gigi taring yang sebenarnya, sebab tak memiliki akar gigi atau ciri-ciri gigi lainnya.

Dalam papernya, Evans menulis, seluruh spesies katak bertaring yang ditemukan memiliki variasi adaptasi yang berbeda, sesuai kondisi lingkungan dan iklim mikro masing-masing, mulai dari yang terbasah hingga terkering dan dengan beragam vegetasi yang ada.


Beberapa spesies punya kaki berselaput tebal untuk beradaptasi dengan arus sungai yang deras. Sementara yang lain berselaput tipis, sesuai dengan lingkungan darat. Yang unik, ada katak yang melakukan fertilisasi internal, meletakkan telurnya jauh dari air dan mengawasinya. "Penemuan ini menjadi contoh bagus bagaimana spesies pada akhirnya menggunakan taktik yang sama untuk survive dan melakukan diversifikasi ketika diberi kesempatan," kata Evans seperti dikutip CBCnews, Jumat (12/8).

Evans mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian, tak ada genus katak lain di Sulawesi yang bisa berkompetisi dengan genus katak bertaring. Ini menjadi bukti bahwa katak bertaring berevolusi untuk mengisi kekosongan relung kehidupan yang ada di Sulawesi.

Sampai saat ini, ilmuwan belum mengetahui manfaat taring pada katak genus ini. Beberapa kemungkinan adalah sebagai senjata melawan pejantan lain untuk mempertahankan wilayah, menangkap mangsa seperti ikan dan serangga serta sebagai senjata melawan predator.


Untuk menemukan katak ini, Evans dan timnya harus melakukan ekspedisi di sepanjang sungai dan hutan dengan resiko gigitan ular berbisa. Hasilnya, ada 683 ekor katak yang berhasil ditangkap. Peta distribusi katak lalu dibuat, sekaligus perbandingan ciri katak dengan lingkungannya.

Saat ekspedisi, Evans berusaha menangkap katak di hutan yang belum tersentuh penebangan liar. Namun, ia mengatakan, "Ada banyak hutan tempat kami mengambil sampel yang kemudian hilang ketika kami mengunjunginya beberapa tahun kemudian."

Sejauh ini, Evans mengatakan belum ada dari spesies yang ditemukan punah. Tapi ia mempercayai, distribusi katak-katak tersebut telah berkurang. Perlu usaha pelestarian lingkungan untuk menjaga katak-katak ini tetap eksis.